Tuesday, August 30, 2005

Elia dan orang Lewi ( part 2 )

Lalu orang Lewi itu mengambil keputusan, dia memilih mati...
Kemudian dia mulai tertawa, sebab bayangan kematian tidak lagi menakutkannya.
Dia menoleh kepada nabi muda itu, dan mencoba menenangkannya.
"Tanyakan sendiri pada Tuhan, berhubung engkau mempertanyakan keputusan-keputusan-Nya," katanya. " Aku sendiri sudah menerima nasibku."

"Tak mungkin Tuhan membiarkan kita dibantai tanpa belas kasihan." Elia bersikeras.

"Tuhan Maha Kuasa. Kalau Dia membatasi diri-Nya hanya dengan melakukan apa-apa yang baik, Dia tidak bisa disebut Maha Kuasa ; itu berarti Dia hanya menguasai satu bagian alam semesta, dan ada yang lain yang lebih berkuasa dari pada Dia, yang menguasai dan menilai tindakan - tindakan-Nya. Kalau demikian aku memilih memuja orang yang lebih berkuasa itu."

"Kalau Dia Maha Kuasa, mengapa Dia tidak menghindarkan orang-orang yang mengasihi-Nya dari penderitaan ? Kenapa Dia tidak menyelamatkan mereka, bukannya justru memberikan kekuatan dan kemenangan kepada musuh-musuh-Nya ?"

"Entahlah," sahut orang Lewi itu. " Tapi pasti ada alasannya, dan ku harap aku segera mengetahuinya."

"Kau tidak mempunyai jawaban untuk pertanyaan ini ?"

"Tidak."

Mereka sama-sama terdiam, Elia berkeringat dingin.....

***

Orang Lewi itu menggandeng lengan Elia, dan mereka mulai melangkah.....

"Jiwa kita takut pada kengerian maut, padahal hari ini begitu indah," kata si orang Lewi, "Sering kali sebelumnya, saat aku merasa damai dengan Tuhan dan dunia, cuaca begitu jelek sekali, angin padang pasir menerbangkan debu ke mataku, sampai-sampai aku tidak bisa melihat apa-apa dari jarak seuluran tangan. Rencana-Nya tidak selalu sejalan dengan keadaan kita atau apa yang kita rasakan, tapi yakinlah,...Dia punya alasan sendiri untuk semuanya itu."

"Kukagumi keyakinanmu."

Orang Lewi itu menengadah ke langit, seperti merenung sejenak. Kemudian dia menoleh pada Elia. " Tidak perlu kagum, dan jangan terlalu percaya; aku bertaruh dengan diriku sendiri. Aku bertaruh bahwa Tuhan ada."

"Kau seorang nabi," sahut Elia. "Kau juga mendengar suara-suara dan ada dunia lain setelah dunia ini."

"Mungkin itu cuma imajinasiku."

"Kau telah membuat tanda-tanda dari Tuhan," Elia bersikeras, dan mulai kesal dengan ucapan orang Lewi itu.

"Mungkin itu cuma imajinasiku," lagi-lagi jawaban yang sama. " Sesungguhnya, satu-satunya yang pasti hanyalah taruhanku. Kukatakan pada diriku bahwa segala sesuatunya berasal dari Yang Maha Kuasa."

Elia dan orang Lewi

"Tuhan yang telah kulayani, kini menyerahkan aku ke tangan musuh-musuhku," kata Elia.

"Tuhan adalah Tuhan," kata orang Lewi menyahut. " Tidak dikatakan-Nya pada Musa, apakah Dia baik atau jahat. Dia hanya mengatakan Aku adalah Aku. Dia menyatakan diri-Nya dalam segala sesuatu yang ada di bwah matahari - dalam petir yang menyambar merusak rumah, dan dalam tangan manusia yang membangunnya kembali."

Saturday, August 27, 2005

Selasa yang Kelima, bicara tentang Keluarga

Selasa kelima ini...mereka bicara tentang "Keluarga"..

Sesungguhnya selain keluarga tidak ada lagi pondasi dan landasan yang lebih kokoh, yang memungkinkan manusia untuk bertahan sampai sekarang. Keluarga adalah akar, keluarga adalah sekolah pertama kehidupan, keluarga adalah sumber cinta dan dukungan yang gak akan habis. Tanpa dukungan , cinta dan kasih sayang dan perhatian yang kita peroleh dari keluarga, kita seperti tidak memiliki apapun.

Cinta adalah sesuatu yang paling penting....cinta seperti nyawa...cinta seperti nafas...cinta seperti denyut jantung

Seperti kata penyair besar Auden," Saling mencintai, atau punah dari muka bumi."

Umpama dalam keluarga terjadi perpecahan, perceraian, hidup sendiri, atau tidak mempunyai anak, setiap beban...penderitaan hidup, akan terasa lebih berat. Bisa jadi kita ingin berhenti di tengah jalan dan menyerah...
Memang banyak orang datang menjenguk, menemani, teman, mitra kerja, dan lain lain...tapi ...mereka nggak akan pernah sama dengan orang yang kita tahu bakal memperhatikan kita , dan mengawasi kita sepanjang waktu, orang-orang yang punya hubungan sedarah...sebuah garis darah.

Karena inilah peran keluarga , mereka tidak hanya memberi cinta, tapi lebih dari itu ada suatu "panggilan" untuk memperhatikan anggota keluarga terus menerus.

Rasa terberat adalah saat kita kehilangan anggota keluarga, suatu rasa kehilangan terhadap 'rasa aman spiritual'-yaitu rasa aman karena tahu ada seseorang yang memperhatikan kita. Tidak ada yang dapat menggantikan peran itu...tidak harta...tidak kepopuleran...tidak kesenangan semu....tidak pula pekerjaan...

Mereka berbicara tentang dilema generasi saat ini, seputar mempunyai anak, atau hanya sekedar mempunyai anak, hidup single dan bebas. Anak sering dilihat sebagai penghalang, dan pemaksaan untuk melakukan tugas-tugas sebagai orang tua, yang tidak ingin dilakukan.

Setiap orang yang datang bertanya tentang apakah sebaiknya mereka mempunya anak atau tidak,....pertanyaan itu tidak bisa dijawab bisa atau tidak...tapi mungkin bisa dijawab bahwa mempunyai anakadalah pengalaman tiada banding. Kita tidak dapat menggantikan dengan teman, pacar. Kalau kita ingin merasakan tanggung jawab yang sepenuh-penuhnya kepada sesama manusia, dan belajar mencintai serta menjalin ikatan sedalam-dalamnya, tidak ada cara lain lagi selain mempunyai anak.

Dia bilang, tidak akan menukar dengan apapun pengalamannya mempunyai anak...bahkan meskipun dibayar mahal...karena...sebentar lagi dia tahu kalau dia akan meninggalkan anak-anaknya sebentar lagi....

Friday, August 26, 2005

5 balls

Bayangkan hidup sebagai suatu permainan ketangkasan dimana kita
harus memainkan keseimbangan 5 buah bola yang dilempar keudara.
Bola-bola tersebut bernama : Pekerjaan, Keluarga, Kesehatan, Teman
dan Spirit dan kita harus menjaga agar ke-5 bola ini seimbang di
udara.

Kita akan segera mengerti bahwa ternyata "Pekerjaan" hanyalah sebuah
bola karet. Jika kita menjatuhkannya maka ia akan dapat memantul
kembali. Tetapi empat bola lainnya yaitu Keluarga,
Kesehatan, Teman dan Spirit terbuat dari gelas. Dan jika kita
menjatuhkan salah satunya maka ia akan dapat terluka, tertandai,
tergores, rusak atau bahkan hancur berkeping-keping.

Dan ingatlah mereka tidak akan pernah kembali seperti aslinya.
Kita harus memahaminya benar dan berusaha keras untuk
menyeimbangkannya Bagaimana caranya?

Jangan rusak nilai kita dengan membandingkannya dengan nilai orang
lain. Perbedaan yang ada diciptakan untuk membuat masing-masing diri
kita special.

Jangan menganggap remeh sesuatu yang dekat di hati kita,
melekatlah padanya seakan-akan ia adalah bagian yang membuat
kita hidup, dimana tanpanya, hidup menjadi kurang berarti

Jangan biarkan hidup kita terpuruk di 'masa lampau' atau dalam
mimpi masa depan. Satu hari hidup pada suatu waktu berarti hidup
untuk seluruh waktu hidupmu.

Jangan menyerah ketika masih ada sesuatu yang dapat kita berikan.
Tidak ada yang benar-benar kalah sampai kita berhenti berusaha.

Janganlah takut mengakui bahwa diri kita tidaklah sempurna.
Ketidaksempurnaan inilah yang merupakan sulaman benang rapuh untuk
mengikat kita satu sama lain.

Jangan takut menghadapi resiko. Anggaplah resiko sebagai
kesempatan kita untuk belajar bagaimana menjadi berani.

Jangan berusaha untuk mengunci cinta dalam hidupmu dengan berkata
"tidak mungkin saya temukan". Cara tercepat untuk mendapatkan cinta
adalah dengan memberinya, cara tercepat untuk kehilangan cinta
adalah dengan menggenggamnya sekencang mungkin, dan cara terbaik
untuk menjaga agar cinta tetap tumbuh adalah dengan memberinya
'sayap'. Jangan lupa bahwa kebutuhan emosi terbesar dari seseorang
adalah kebutuhan untuk merasa dihargai.

Jangan takut untuk belajar sesuatu. Ilmu pengetahuan adalah harta
karun yang selalu dapat kita bawa kemanapun tanpa membebani.

Dan akhirnya : MASA LALU adalah SEJARAH , MASA DEPAN merupakan MISTERI
dan SAAT INI adalah KARUNIA.
Itulah kenapa dalam bahasa Inggris SAAT INI disebut "The Present" hari ini adalah present : hadiah, atau karunia


Free your heart from hatred....Free your mind from worries.....Live simply.....Give more....Expect less.

all for love

all for love a father gave...for only love could make away...
all for love the heaven cried...for love has crucified...

how many times have i broken your heart...
but still you forgive...if only i ask
and how many times have you heard me pray...draw near to me

everything i need is you...my beggining, my forever
everything i need is you...

let me sing all for love...
i will joint the angle song
ever holy is the lord
king of glory, king of all

all for love a savior prayed
"Abba Father have Your way,
though they know not what they do...
let the cross draw men to You"

Friday, August 12, 2005

The tension of opposite

"Hidup ini merupakan peristiwa menarik dan mengulur. Suatu saat kita ingin mengerjakan sesuatu hal, padahal kita perlu mengerjakan sesuatu yang lain. Ada sesuatu yang membuat kita sakit, namun kita tahu bahwa seharusnya tidak demikian. Kita menerima hal-hal tertentu secara begitu saja, bahkan meskipun kita tahu bahwa kita seharusnya tidak pernah menikmati sesuatu secara cuma-cuma.

"Tension of opposite, mungkin seperti kita menarik sebuah karet gelang. Dan kebanyakan kita berada di suatu tempat di tengahnya."

Seperti pertandingan gulat, kataku.

"Pertandingan gulat,"sahut Morrie sambil tertawa. "Ya kau dapat menggambarkan hidup dengan cara itu."

Lalu pihak mana yang menang, tanyaku ?

"Pihak mana yang menang ?"
Ia tersenyum kepadaku, menampakkan lipatan-lipatan kelopak matanya dan gigi depannya yang tidak rata.

"Cinta yang menang. Cinta selalu menang."