Sunday, May 07, 2006

If tomorrow never come

Sms...!
Memang kata-katamu indah...
(Kenapa juga aku harus marah pada dunia,...?? *balasku)
Tapi itu tidak akan mengobati kekecewaanku padamu..
Kita kan sudah merencanakannya jauh-jauh hari, toh... ? Mestinya...dia mempersiapkannya dengan baik....

Suara 1 : "Memangnya...dia tidak ingin bertemu denganku dulu, sebelum kepergiannya yang cukup lama itu ?"

Suara 2: "Aaaaah, mungkin itu tidak penting baginya. Yang penting baginya sekarang ini...adalah...kau tau lah."

Suara 1: "Tapi ini penting bagiku...seandainya dia cukup cerdas untuk mengetahuinya...*sigh...Sepertinya aku harus MENGERTI...Bagaimana kalau esok tidak akan pernah datang.... ?"

Suara 2: *Tertawa keras...lakukan yang terbaik yang bisa kau lakukan pada hari ini...itu saja..."

Suara 1 & 2 : *tersenyum

Tiff kecil

*Well, tulisan ini mestinya sudah dipublish lama sekali, gua gak tau kenapa jadinya cuman draft ! Tapi tetap menirik kalau inget kisah ini...and i miss lil Tiff now

Pagi ini...
Aku kembali bersama Tiff kecil...
Setelah perpisahan yang lebih tenang dengan maminya....
Akhirnya hanya tinggal kami berdua di ruangan itu

Tiff kecil masih mengangis...
Hmmm...padahal sudah ketiga kalinya kami menghabiskan minggu pagi bersama, kududukkan dia di meja bundar dalam ruangan besar itu, aku duduk hadapannya sambil kakinya menumpu pada pahaku.
Dan aku berbicara dengan kata-kata yang sama dengannya pagi ini
"No, Tiff"
"Stop, Tiff."
"It's ok, Tiff."
"Wait mami here with tante Upi, Tiff"
And she's still crying !!!

Hmmmm...apa lagiiiii ya ??? Jurus apalagi yang harus aku keluarkan agar dia tenang dan diam
Pelan-pelan rasa bosanku mulai muncul...seiring dengan tangisan monoton disertai batuk-batuk kecilnya. Kesabaranku mulai terkikis....

*Sigh

Ditengah kebosananku...aku mulai memperhatikan gadis mungil yang basah dengan keringat karena terus menangis ini
Hmmm rambut tipisnya diikat dua dengan hiasan bola-bola kontras berwana Hijau terang...padahal waktu itu dia manis sekali dengan baju putih tanpa lengan, rok jeans dengan hiasan rendanya. Duh kak Yeni ( Tiff's mom) kenapa musti warna hijau terang sih Kak, kenapa tidak warna biru atau putih saja.

Mata kecilnya yang hitam memandangku, kamu bertatapan tanpa berkata-kata lagi, mulutnya yang kecil mengeluarkan tangisan dengan interval yang sudah mulai jarang, walau terlihat jelas sekali keinginannya tetap berkeras agar dia boleh menemui mamanya di bawah. Tangan mungil, jari gemuk...pipi merah tembam.
Hmmm kau menggemaskan sekali Tiff kecil...tapi kenapa kau tidak mau diam, sayang ???
Kuulurkan tanganku, dia menyambut tangganku...aku peluk dia...aku elus punggungnya...

Hei...kataku dalam hati saat memeluknya...nggak heran dia menagis terus...bajunya sudah basah kuyup...!!!
Aku berlari ke dalam kelas mengambil tas bekalnya...pastinya ibunya menyiapkan baju ganti.
Aku ganti baju putihnya dengan kaos orange muda dan rok jeansnya dengan celana orang tua.
Whoala...dia diam...dan
HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA...aku tertawa keras dalam hati.

Yang kita butuhkan hanyalah sejenak tenang dan diam, mencoba mengerti, mengamati dan melihat segala sesuatu lebih dalam dan lebih dekat, lalu kemudian memaklumi dan memahaminya.

Sometimes eyes only see what it sees, but heart can see through the deepest part of the soul.